Header Ads

KETEGUHAN K.H. AHMAD DAHLAN DALAM MENGHADAPI CEMOOH DALAM BERDAKWAH

K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah

K.H. Ahmad Dahlan adalah toko ulama kharismatik dan teguh dalam berprinsip. Beliau adalah pendiri salah satu Ormas terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Sosok teladan bagi kita ummat muslim yang begitu sabar dan luwes dalam berdakwah.

Pada masa awal K.H. Ahmad Dahlan berdakwah dan melancarkan gerakannya, banyak sekali tantangan dihadapi. Mulai dari dituduh sebagai kyai palsu, kyai kafir, kyai sesat, Kristen Putih sampai dicaci maki. Bukan hanya dari mereka yang tua, bahkan juga anak-anak yang mungkin hanya ikut-ikutan.

DICEMOOH ANAK KECIL

Pada suatu pagi, ketika Kyai Dahlan sedang berada di beranda rumahnya sambil menelaah kitab, ada serombongan anak-anak yang mendatangi rumahnya sambil berteriak-teriak, "Kyai sesat, kyai sesat, kyai sesat.  Kyai palsu, kyai palsu, kyai palsu ...”. 

Mendengar suara riuh itu Kyai Dahlan keluar rumah sambil tersenyum. Anak-anak itu masih saja berteriak-teriak, “Kyai palsu, kyai palsu, kyai palsu. Kyai sesat, kyai sesat, kyai sesat”, dan seterusnya.

Kyai Dahlan tetap berdiri di depan rumahnya memperhatikan anak-anak itu sambil tersenyum. Beliau tidak marah. Bahkan kemudian Kyai Dahlan ikut bertepuk tangan mengikuti irama teriakan anak-anak itu juga sambil menirukan apa yang diteriakkan anak-anak itu, “Kyai palsu-kyai palsu, kyai palsu. Kyai sesat, kyai sesat, kyai sesat.”

Karena Kyai Dahlan tidak marah bahkan mengikuti perkataan mereka sambil tersenyum ramah, anak-anak itu malah kehilangan minat lalu diam terbengong-bengong. 

"Lho kok berhenti? Ayo teruskan" kata Kyai Dahlan sambil tersenyum ramah.

Anak-anak itu masih terdiam. Kemudian dengan senyum kebapakan dan penuh wibawa, Kyai Dahlan  mendekati dan menyalami anak-anak itu satu persatu sambil bertanya.

"Kamu namanya siapa Le (nak dalam bahasa Jawa)?"

"Anaknya siapa? Rumahnya di mana?" lanjut Kyai Dahlan sambil terus tersenyum seakan-akan tidak terpengaruh sama sekali dengan cemooh yang baru saja diterimanya.


Kemudian, Kyai Dahlan duduk di tangga rumahnya sambil mengajak anak-anak itu duduk di sana. 

“Sini, ayo duduk di sini”

Karena keramahan sekaligus kewibawaan Kyai Dahlan, anak-anak itu pun satu per satu duduk di sekitar Kyai.

KYAI DAHLAN MENDONGENG

"Kalian sudah sekolah atau belum? Kalau magribh ngaji atau tidak?" tanya Beliau sambil mengelus rambut anak-anak itu.

Kebanyakan dari mereka mengatakan tidak sekolah dan tidak mengaji. Memang waktu itu tidak semua anak bisa mendapatkan kesempatan untuk bersekolah.


“Apa kalian semua mau main sama Kyai?  Kyai punya dongeng. Kalian mau mendengarkan dongeng?” tawar Kyai Dahlan.

Tawaran yang simpatik itu dijawab dengan serempak oleh mereka, “Mau Kyai, mau Kyai”.

“Baik, kalau begitu, ayo sekarang semua masuk ke rumah Kyai”

Kemudian Kyai Dahlan minta Nyai Dahlan, istri beliau, untuk membeberkan tikar dan  membuatkan minuman. Setelah itu Kyai Dahlan mendongeng kisah-kisah tentang sejarah Islam. Kyai Dahlan menceritakan kisah-kisah tersebut dengan sangat menarik, menggunakan bahasa komunikasi anak.

Karena cara mendongengnya menarik, kadang-kadang disertai dialog yang komunikatif, tokoh-tokoh yang didongengkan itu seakan menjadi hidup. Anak-anak pun terpukau dan asyik mendengarkan.

DIAJARI SHALAT

Tak terasa adzan Dhuhur berkumandang. Kyai Dahlan berhenti bercerita dan berkata, “Wah, sudah adzan. Kita berhenti dulu ya. Kita shalat dulu."

"Nah sebelum shalat, kita wudhu dulu. Kalian ada yang belum bisa berwudhu? Biar Kyai ajari."

Sambil menggiring anak-anak ke tempat wudhu, Kyai Dahlan berbisik kepada Nyai Dahlan, "Tolong sediakan makan siang ala kadarnya untuk anak-anak ini. Kita kedatangan murid-murid baru"

"Setelah wudhu, sekarang kita shalat. Ada yang belum bisa shalat? Mari Kyai ajari." kata Kyai Dahlan di Langgar / Musholla beliau.

Selesai shalat, anak-anak diajak makan siang bersama. Tentu saja anak-anak itu senang. Mereka makan dengan lahap dan gembira. Selesai makan, Kyai Dahlan berkata,

“Nah, sekarang kalian pulang dulu. Nanti kapan-kapan boleh main ke sini lagi.” ucap Kyai Dahlan.

Anak-anak itu pulang dengan riang. Mereka yang tadi pagi datang dengan cemooh, sekarang pulang dengan ilmu. Mereka yang tadi pagi datang sebagai pencela, sekarang pulang sebagai murid. Mereka yang tadi pagi datang membawa hal buruk, sekarang pulang membawa kebaikan. Dan tentu saja setelah itu tidak ada lagi caci dan maki dari mereka terhadap Kyai Dahlan. Yang ada adalah, sekelompok anak-anak yang dengan gembira dan ceria belajar Islam kepada Kyai Dahlan. 

Hati Kyai Dahlan yang tabah dan sabar seluas samudera, berhasil menjadikan momen itu untuk berdakwah bahkan mendapatkan murid baru.

Sumber (dengan disunting oleh admin) : Sukriyanto AR, Kisah-kisah Inspiratif Para Pimpinan Muhammadiyah, hlm. 69-71; buku dalam proses diterbitkan.
Sumber Foto: Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah


No comments

Powered by Blogger.